Postingan

Cidera

sedih teramat sedih adalah ketika ada orang, mengaku paling, paling dan paliing dekat denganmu  tapi bahkan untuk berceririta dengannya kau tak mampu aku masih bertanya, apakah yang begitu, bahkan aku bisa mengakuinya? sebagai kekasih?! ragaku milikmu tapi, penuh sesal dan ku pintakan maaf hatiku masih miliknya jadi tentang kita yang bersama? apakah semua ini palsu? padamu, mengapa tak bisa kucurahkan kesalku?

Senyumnya yang Hilang

Senyumnya yang Hilang Momen-momen membosankan dalam kehidupan kampus kini telah ku rasakan, deadline proposal yang mulai memeningkan kepala atau projek kelompok yang menghabiskan banyak waktu. Bagiku yang sama sekali tidak tertarik dengan keramaian, terlibat dalam diskusi kelompok seperti ini tentu saja bukanlah hal yang menyenangkan.             Disalah satu sudut di gedung kampus ku, aku tengah duduk melingkar bersama teman kelompokku untuk membahas salah satu projek akhir bersama. Aku yang saat itu duduk menghadap pintu masuk maupun keluar gedung membuatku bisa melihat siapapun yang berlalu lalang disana.             Saat aku sedang bosan-bosannya berkutat dengan diskusi kelompok yang semakin panas, aku mendengar sebuah langkah berirama yang sangat ku kenal. Langah yang akhir-akhir ini jarang sekali kutemui. Pemilik langkah itu sesekali terdengar tertawa kecil entah dengan siapa. Saat aku melihat ke pintu, pemilik langkah berirama itu menatapku sejenak membuatnya hampir me

Hanya Ingin Menangis di Pundakmu

Aku masih saja ingat sakitnya tidak dipercayai. Aku masih saja ingat bagaimana lukanya berjalan seorang diri. Aku masih saja ingat aku selalu kesepian didalam setiap keramaian. Meskipun rasa itu sempat hilang ketika aku menemukanmu yang berdiam diri di persimpangan jalan waktu itu. Ketika ku dengar tawamu yang menyejukan hati yang senyumu selalu berhasil membuat jantungku seolah berpesta. kala itu ku pikir aku telah menemukan teman, ku pikir aku menemukan alasan untuk tetap tersenyum dalam kepahitan.  Kau selanjutnya menjadi satu-satunya orang yang ku harapkan ada ketika aku menangis, orang yang selalu ada ketika aku ingin bercerita. Satu-satunya orang yang ingin aku ajak tertawa bersama. Tapi waktu kian berlalu, hari berganti hari. Ku dapati diri ini sendiri lagi. Kau telah hilang, baik dari kehidupanku juga di persimpangan jalan biasa aku menemukanmu. Kau tak lagi disana meski kau selalu dihatiku. Hari ini aku benar-benar merasa lelah. Malam ini ingin sekali aku menangis. Dan ak

Semua Karenamu

Ada banyak hal yang sampai sekarang masih belum aku pahami mengenai kamu. Tentang perasaanmu yang sampai saat ini tak ku tahui tertuju untuk siapa.   Semua tulisanmu yang tak pernah ku tahui tercipta untuk siapa. Tentang semua luka dihatimu yang entah tergores oleh siapa. Apakah aku masih belum cukup pantas untuk mu? Apa aku terlalu buruk untuk mengisi kekosongan hatimu itu? Kau tahu semua luka mu yang tak kunjung terobati adalah luka untukku saat ini. Masih jelas teringat olehku, tawa ramahmu yang membuatku jatuh cinta, atau pantun konyolmu yang membuatku semakin cinta. Tapi dari banyak hal yang pernah ku alami bersamamu, berbicara denganmu langsung adalah hal yang paling aku sukai. Setelah itu melihatmu tertawa menjadi hal yang paling aku sukai berikutnya. Kemudian berdebat denganmu tentang hal yang bahkan tidak penting menjadi hal yang aku suka juga. Tapi ku rasa apapun yang kulakukan dan itu berhubungan tentangmu semua aku suka. Namun sejak saat aku menyadari kedekatamu de
rasanya baru kemarain aku  menginjakan kaki di kota semarang ini, menjadi mahasiswa dan tinggal disini. tapi ternyata waktu yang tealah ku habiskan disini tidak bisa dibilang sebentar juga. tiga semester sudah terlewat, bukankah itu cukup lama untuk mengukir cerita. ada banyak hal yang ku temukan, pengalaman, teman, cukup masalah dan masih banyak lagi. tapi bisa dibilang aku tak pernah terbebani sangat dengan maslah-masalah kampus, meski tak jarang aku menangis karena ulahku atau ketidakpecusanku mengemban tugas, saat seperti itu rasaya aku ingin marah, merasa apa yang telah aku lewati semua ini mimpi paling burukku. ya meski aku telah mencintai apa adanya diriku saat ini, nyatanya aku tetap saja tidak bisa melupakaan impianku untuk bisa kuliah di universitas tertua di Indonesia. kadang yang menjadi momok bagiku adalah ketidak puasaanku akan diriku sendiri, atau ketidak puasaanku terhadap lingkunganku. ya memang aku tak berhak menyalahkan apa yang terjadi di lingkunganku, terlebih

KEHILANGAN KEDUA

Kehilangan Kedua Tia Larasati 3 Tahun setelah kepergiannya, aku dikejutkan oleh kehadirannya lagi. A walnya aku tak percaya, membentaknya dan hendak meninggalkannya ketika ia mengatakan dia adalah Roy. Orang yang amat aku cintai yang mati karena tertembak 3 tahun yang lalu. Namun ia tak berpatah semangat, ia terus mengejar langkahku sambil terus meyakinkanku, bahwa ia benar-benar Roy. Namun aku masih tak mendengarkan, omong kosong! mana mungkin orang yang sudah mati bisa hidup lagi? laki-laki ini hanya memainkanmu Ri! Jangan percaya! Aku terus mengatakan itu untuk meneguhkan hatiku. Bahwa laki-laki berseragam SMA itu memang bukan Roy. “Aku tahu ini sulit untuk kau mengerti. Tapi ini sungguhan aku. Aku datang dari masa lalu. 3 tahun yang lalu.” Demi mendengar 3 tahun yang lalu, kakiku mendadak lemas, jantungku berdetak kencang. Aku menghentikan langkahku dan seketika bersimpuh. Aku merasakan kesedihan saat kehilangannya 3 tahun lalu. Ia mendekatiku dan mengelus rambutku. Me