Hanya Ingin Menangis di Pundakmu

Aku masih saja ingat sakitnya tidak dipercayai. Aku masih saja ingat bagaimana lukanya berjalan seorang diri. Aku masih saja ingat aku selalu kesepian didalam setiap keramaian. Meskipun rasa itu sempat hilang ketika aku menemukanmu yang berdiam diri di persimpangan jalan waktu itu. Ketika ku dengar tawamu yang menyejukan hati yang senyumu selalu berhasil membuat jantungku seolah berpesta. kala itu ku pikir aku telah menemukan teman, ku pikir aku menemukan alasan untuk tetap tersenyum dalam kepahitan.

 Kau selanjutnya menjadi satu-satunya orang yang ku harapkan ada ketika aku menangis, orang yang selalu ada ketika aku ingin bercerita. Satu-satunya orang yang ingin aku ajak tertawa bersama. Tapi waktu kian berlalu, hari berganti hari. Ku dapati diri ini sendiri lagi. Kau telah hilang, baik dari kehidupanku juga di persimpangan jalan biasa aku menemukanmu. Kau tak lagi disana meski kau selalu dihatiku.

Hari ini aku benar-benar merasa lelah. Malam ini ingin sekali aku menangis. Dan aku ingin menangis dipundakmu saja, hanya dihadapmu, hanya ketika aku bersamamu. Aku ingin mencurahkan hatiku, mencurahkan tangisku, mencurahkan tawaku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senyumnya yang Hilang

Kamu adalah Kemarau